Komuniti Madura di Malaysia: Satu Pengamatan Antropologikal Tentang Aspek Kepimpinan (The Madurese Community in Malaysia: An Anthropological Observation on Leadership Pattern)

Abstract

The main theme of the article centers around the phenomenology of leadership among the Madurese community that migrated to Malaysia from Madura Island, Indonesia. In the Madurese community in Indonesia, kiyai or religious teacher is a leader not only in the spiritual sense, but also in the social and political aspects. On the contrary, kiyai does not participate in the social life ofthe Madurese migrants in Malaysia. As result, a gap exists in the leadership sphere of the community. Based on a fieldwork research, the article attempts to explicate the every-defined social reality of the Madurese community in Kampung Teras Jernang, Bangi, Selangor from the perspective of leadership. The patron-client relationship is a common pattern to befound among migrant communities, either within those that migrated from rural to urban areas or from one country to another. The study point towards a more liberal and open patron-client pattern. The leaders among the Madurese community in Malaysia are not necessarily respected figures such as religious teachers and kiyais as is the case in the island of Madura. Rather, leadership figures are determined through their seniority of migration to Malaysia. The seniority factor plays an important role as it represents the individual's economic resources and extensiveness of knowledge about the ins and outs of life in Malaysia. The patron generally plays the important role of resolving problems faced by their client.

Keywords: leader, leadership, patron-client, migration, Madurese community

ABSTRAK

Tema utama makalah ini ialah fenomenologi kepimpinan di kalangan anggota komuniti Madura yang bermigrasi ke Malaysia. Dalam komuniti Madura di Indonesia, daripada sudut authority-defined, kiyai tidak hanya penting sebagai

pemimpin dalam aspek kerohanian, tetapi juga dalam aspek sosial dan politik. Malangnya, kiyai tidak turut serta orang Madura yang bermigrasi ke Malaysia sehingga terdapat ruang kosong dalam aspek kepimpinan dalam kehidupan mereka. Berdasarkan data kajian lapangan, makalah ini cuba mengupas pengalaman harian (everyday-defined social reality) anggota komuniti Madura di Kampung Teras Jernang, Bangi, Selangor, dalam aspek kepimpinan. Lazimnya, patron-klien merupakan pola hubungan yang dapat ditemukan dalam komuniti migran, soma ada mereka yang bermigrasi dari desa-kota, atau bahkan dari sebuah negara ke sebuah negara yang lain. Pola yang sama ditemukan dalam kelompok orang Madura di kawasan kajian, tetapi pola patron-klien yang wujud agak lebih terbuka. Klien tidak terikat untuk terus berada di bawah kepimpinan patron. Pemimpindi kalangan komuniti Madura di Kampung Teras Jernang tidak semestinya tokoh yang dihormati seperti yang terdapat di Pulau Madura, yang terdiri daripada guru agama atau kiyai. Berdasarkan perspektif everyday-defined, tokoh yang dianggap sebagai pemimpin ditentukan berdasarkan senioriti, iaitu, siapa yang paling awal datang ke Malaysia. Faktor senioriti memainkan peranan kerana akan menentukan sejauhmana seseorang itu mempunyai sumber dalam bentuk ekonomi atau pengetahuan yang luas tentang seluk-beluk kehidupan di Malaysia. Secara keseluruhan patron berperanan penting dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak buahnya.

Kata kunci: pemimpin, kepimpinan, patron-klien, migrasi, komuniti Madura